Pemilihan jenis kelamin dimungkinkan dengan adanya kromosom yang mentukan jenis kelamin. Tubuh manusia terdiri atas milyar sel dan setiap sel mengandung 23 pasang kromosom (total 46). Khusus sel-sel reproduksi, sperma dan sel telur hanya mengandung 23 kromosom.
Selama pembuahan, keduanya bergabung sehingga menghasilkan embryo yang memiliki 23 pasang kromosom atau 46 buah. Salah satu pasangan kromosom ini akan menentukan jenis kelamin bayi yang akan dikandung, yang dikenal dengan istilah kromosom seks. Setiap kromosom seks terdiri atas kromosom X atau Y. Y adalah kromosom penentu jenis kelamin laki-laki, dan X yang perempuan. Sel telur hanya mengandung kromosom X, sedangkan sperma mengandung kedua2nya.
Pada awal tahun 70-an, ilmuwan menemukan sampel sperma dengan konsentrasi Y atau X yang lebih tinggi. Tahun 1975, Ronald J. Ericsson, melakukan penelitian klinis apakah sampel sperma yang diperkaya akan menghasilkan kehamilan dengan gender yang sesuai dengan keinginan. Hasilnya ternyata sangat baik dan sekarang prosedur ini (Metode Ericsson) banyak dipakai oleh ilmuwan2 diseluruh dunia.
Dengan alat yang sudah dipatenkan, sperma X dan Y dapat dipisahkan dengan proses penyaringan. Sperm diletakkan diatas serum albumin manusia dan sperma tersebut akan "berenang" ke bawah (kearah serum) dan berkumpul pada bagian dasarnya.
Fraksi sperma Y diinseminasikan jika menginginkan bai laki2 (angka keberhasilan 70-75%) begitu juga sebaliknya X jika ingin anak perempuan (angka keberhasilan 70-72%). Secara keseluruhan rata-rata angka keberhasilan 70-75% sesuai dengan gender yang diinginkan. Sudah lebih dari 5 ribu bayi dilahirkan dengan metode.
Selama pembuahan, keduanya bergabung sehingga menghasilkan embryo yang memiliki 23 pasang kromosom atau 46 buah. Salah satu pasangan kromosom ini akan menentukan jenis kelamin bayi yang akan dikandung, yang dikenal dengan istilah kromosom seks. Setiap kromosom seks terdiri atas kromosom X atau Y. Y adalah kromosom penentu jenis kelamin laki-laki, dan X yang perempuan. Sel telur hanya mengandung kromosom X, sedangkan sperma mengandung kedua2nya.
Pada awal tahun 70-an, ilmuwan menemukan sampel sperma dengan konsentrasi Y atau X yang lebih tinggi. Tahun 1975, Ronald J. Ericsson, melakukan penelitian klinis apakah sampel sperma yang diperkaya akan menghasilkan kehamilan dengan gender yang sesuai dengan keinginan. Hasilnya ternyata sangat baik dan sekarang prosedur ini (Metode Ericsson) banyak dipakai oleh ilmuwan2 diseluruh dunia.
Dengan alat yang sudah dipatenkan, sperma X dan Y dapat dipisahkan dengan proses penyaringan. Sperm diletakkan diatas serum albumin manusia dan sperma tersebut akan "berenang" ke bawah (kearah serum) dan berkumpul pada bagian dasarnya.
Fraksi sperma Y diinseminasikan jika menginginkan bai laki2 (angka keberhasilan 70-75%) begitu juga sebaliknya X jika ingin anak perempuan (angka keberhasilan 70-72%). Secara keseluruhan rata-rata angka keberhasilan 70-75% sesuai dengan gender yang diinginkan. Sudah lebih dari 5 ribu bayi dilahirkan dengan metode.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar