Banyak penelitian telah diketahui hubungan antara stress dan hipertensi. Seperti misalnya pasien yang mengalami stress kecemasan sebelum dilakukan operasi dapat mengalami peningkatan tekanan darah secara mendadak. Tidak heran pula bila kita pernah mendengar seseorang mengalami serangan jantung maupun stroke pada saat orang tersebut tidak dapat mengontrol emosi negatif , seperti amarah.
Dalam kehidupan sehari-hari , emosi negatif seperti : amarah, cemas dan depresi terkadang, tanpa disadari timbul sedikit demi sedikit dan stimulus emosi negatif ini diterima oleh bagian otak kita , yang disebut sistem Limbik. Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini berperanan sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun bagian otak penting lainnya. Karena hubungan langsung sistem Limbik dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti : gangguan jantung , hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah , maka jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi .
Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak rasional. Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya hipertensi. Jadinya dari uraian di atas, jelaslah bahwa pengobatan hipertensi tidak hanya mengandalkan obat-obat dari dokter maupun mengatur diet semata, namun penting pula untuk membuat tubuh kita selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak kita. Berbagai terapi telah diketahui dapat memberikan stimulus positif pada otak kita, seperti misalnya meditasi, yoga , maupun terapi musik. Berbeda dengan Yoga dan meditasi ,terapi musik lebih mudah diaplikasikan tanpa batasan apapun.
Terapi musik telah banyak dibahas pada berbagai literatur medis. Penggunaan terapi musik sendiri sudah dimulai setelah Perang Dunia I, ketika itu para pelaku terapi hanya sekelompok pemusik dan digunakan untuk mengobati para veteran yang memiliki trauma perang baik mental maupun fisik dari perang tersebut. Setelah Perang Dunia II, terapi musik dikembangkan secara intensif pada rumah sakit di Amerika kemudian di daratan Eropa .
Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dialami oleh tiap orang. Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual dari setiap individu. Hal ini dikarenakan, musik memiliki beberapa kelebihan, seperti musik bersifat universal, Nyaman dan menyenangkan, berstruktur. Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita berakar dari irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan pulsasi semuanya berulang dan berirama.
Intervensi dengan terapi musik dapat mengubah secara efektif ambang otak kita yang dalam keadaan stress menjadi secara fisiologis lebih adaptif. Musik tidak membutuhkan otak untuk berpikir maupun menginterpretasi, tidak pula dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental. Musik tidak pula memiliki batasan-batasan sehingga begitu mudah diterima organ pendengaran kita dan melalui saraf pendengaran diterima dan diartikan di otak dan musik dapat masuk langsung ke otak emosi kita atau sistem limbik . Musik dapat pula beresonansi dan bersifat naluriah , sehingga musik masuk otak kita tanpa jalur kognitif. Lebih jauh lagi yang terpenting adalah terapi musik tidak membutuhkan panduan fungsi intelektual tinggi untuk berjalan efektif.
Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi musik. Seperti lagu-lagu relaksasi , lagu popular maupun lagu / musik klasik. Namun anjurannya adalah memilih lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan / menit yang bersifat rileks , karena apabila terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus yang masuk akan membuat kita mengikuti irama tersebut , sehingga keadaan istirahat yang optimal tidak tercapai.
Musik klasik seringkali menjadi acuan untuk terapi musik ini. Di antara musik klasik yang sering menjadi acuan adalah : karya Mozart , karena hampir semua karya Mozart memiliki nada-nada dengan frekuensi tinggi, rentang nada begitu luas dan tempo yang dinamis.
Terapi musik dan Hipertensi
Belakangan ini pembelajaran dari neuroimaging menemukan korelasi saraf dari proses dan persepsi akan musik. Rangsangan musik tampak mengaktivasi jalur-jalur spesifik di dalam beberapa area otak, seperti sistem Limbik yang berhubungan dengan perilaku emosional. Dengan mendengarkan musik , sistem Limbik ini teraktivasi dan individu tersebut pun menjadi rileks. Saat keadaan rileks inilah tekanan darah menurun. Jadinya tidak hanya obat Prozac ( antidepresi) saja, yang dapat bekerja di sistem Limbik, namun juga terapi musik. Selain itu pula alunan musik dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut nitric oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan darah.
Berbagai penelitian yang dilakukan di India maupun Italia menunjukkan efektivitas terapi musik untuk mengurangi nyeri, kecemasan maupun hipertensi. Pada penelitian di Italia menunjukkan kelompok penderita hipertensi yang sedang minum obat antihipertensi bila diikuti dengan mendengarkan musik klasik 30 menit / hari disertai dengan latihan nafas perut selama satu bulan menunjukkan penurunan tekanan darah yang bermakna dibandingkan dengan kelompok pasien yang hanya mengandalkan obat antihipertensi.
Selain itu pula Penelitian lain pada pasien yang akan menjalani tindakan endoskopi atau peneropongan organ pencernaan , terbukti dengan terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan terapi musik dapat membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap detak jantung maupun laju nafas.
Jelaslah pada penderita hipertensi tidak hanya cukup mengandalkan obat dokter maupun diet saja, tidak ada salahnya pula memberi kesempatan tubuh anda untuk rileks dengan mendengarkan lagu-lagu klasik maupun lagu-lagu favorit anda. Biarkan musik mengalun dan memberikan efek emosi positif pada otak anda.
dr. Yuda Turana, SpS
RS Pantai Indah Kapuk
Staf Pengajar Departemen Neurologi FK Atma Jaya
Kepala Pusat Penelitian kesehatan Atma Jaya
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar