Kamis, 29 Juni 2006

KERATOSIS SEBOROIK

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak kulit yang paling banyak muncul pada orang yang sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada orang dengan usia pertengahan.
Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi klinik yang bisa dilihat, dan keratosis seboroik ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis kulit. Keratosis seboroik dapat muncul dalam berbagai bentuk lesi, bisa satu lesi ataupun tipe lesi yang banyak atau multipel.
Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat diketahui, keratosis seboroik lebih sering muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari, terutama pada daerah leher dan wajah, juga daerah ekstremitas.
Status dermatologi yang dapat dilihat adalah berbatas tegas, berwarna kecoklatan atau hiperpigmentasi, dan sedikit meninggi disbanding permukaan kulit sehingga penampakan keratosis seboroik seperti tertempel dalam permukaan kulit. Kebanyakan dari keratosis seboroik memiliki permukaan seperti veruka, dengan konsistensi yang halus atau lembut. Walaupun biasanya diameter lesi keratosis seboroik berkisar dalam hitungan beberapa millimeter saja, tetapi ada beberapa lesi yang dapat mencapai ukuran diameter dalam sentimeter. Krusta dan dasar yang inflamasi dapat ditemukan jika lesi terpapar dengan trauma.

EPIDEMIOLOGI
Secara global atau internasional, keratosis seboroik merupakan tumor jinak pada kulit yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka frekuensi untuk munculnya keratosis seboroik terlihat meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang. Pada tahun 1963, Tindall dan Smith meneliti populasi dari individu yang sudah berusia lebih dari 64 tahun di Carolina Utara dan mendapatkan hasil bahwa 88 % dari populasi tersebut setidaknya memiliki paling kurang satu lesi keratosis seboroik. Dalam penelitian ini, keratosis seboroik ditemukan pada 38 % wanita kulit putih dan 54 % pada pria kulit putih, dan sekitar 61 % pada pria kulit hitam dan sekitar 10 % lebih pada wanita kulit hitam. Pada tahun 1965 Young memeriksa 222 orang yang tinggal di anti jompo Orthodox Jewish di New York dan menemukan bahwa 29,3 % pria dan 37,9 % pada wanita memiliki lesi keratosis seboroik.
Di Inggris, pada tahun 2000, Memon dan kawan-kawan menemukan bahwa populasi dengan usia yang lebih muda dari 40 tahun hanya 8,3 % yang memiliki sedikiktnya satu macam lesi keratosis seboroik pada laki-laki dan 16,7 % sedikitnya satu macam lesi keratosis seboroik pada wanita.
Keratosis seboroik ditemukan lebih banyak pada orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keartosis seboroik lebih sering terjadi pada individu usia tua.

ETIOLOGI
Etiologi dari perkembangan lesi keratosis seboroik pada usia tua tidak dapat diketahui dengan pasti. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya hubungan dengan terjadinya keratosis seboroik ini. Hal ini telah diketahui melalui penelitian bromodeoxyuridin dan immunohistokimia untuk pengembangan antigen tertentu yang berhubungan. Ada peningkatan yang nyata dan signifikan dari angka terjadinya apoptosis pada semua variasi bentuk dari keratosis seboroik dibandingkan dengan kulit yang normal. Keratosis seboroik biasanya terdapat pada bagian kulit yang paling sering terpajan sinar matahari, dan sebagian tipe keratosis seboroik dapat terbentuk akibat radiasi sinar matahari pada kulit manusia.

PATOFISIOLOGI
Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya , telah terbukti terlibat dalam pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang nyata dari ekspresi immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit pada epidermis normal dan keratosis seboroik.
Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis , rendah pada keratosis seboroik dibandingkan dengan basal sel karsinoma atau skuamos sel karsinoma, yang memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini. Tidak ada peningkatan yang dapat dilihat dalam sonic hedgehog signal transducers patched (ptc) dan smoothened (smo) mRNA pada keratosis seboroik dibanding kulit yang normal.
Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat sabagai salah satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis seboroik.
Secara Immunohistokimia, keratinosit pada keratosis seboroik memperlihatkan keratin dengan berat molekul yang rendah, tetapi ada sebagian kecil pembentukan keratin dengan berat molekul yang tinggi.


Beberapa Varian Klinikopatologi
Ada beberapa bentuk histologi dan terkadang berbeda secara klinis untuk keratosis seboroik:

Common Seborrheic Keratosis
Sinonim: basal cell papilloma, solid seborrheic keratosis.
Jenis ini dianggap sebagai lesi klasik. Bentuknya seperti jamur, dengan epidermis hiperplastik dan berbatas tegas yang menggantung di sekitar kulit. Tumor ini terdiri dari sel-sel basaloid yang seragam. Kista-kista keratin kadang lebih banyak, dan bisa tampak didalam folikel dan diluar folikel. Melanosit terkadang muncul dalam jumlah banyak, dan produksi pigmennya menghasilkan warna luka hitam. Perpindahan pigmen ke keratinosit kelihatan cukup normal.

Reticulated Seborrheic Keratosis
Sinonim: adenoid seborrheic keratosis.
Kumpulan sel-sel basaloid turun dari dasar epidermis. Kista-kista keratin dikelilingi oleh sel-sel ini. Stroma kolagen eosinopilik yang halus membungkus di sekeliling kumpulan sel basaloid dan dapat membentuk lesi yang banyak.

Stucco Keratosis
Sinonim: hyperkeratotic seborrheic keratosis, digitate seborrheic keratosis, serrated seborrheic keratosis, verrucous seborrheic keratosis.
Stucco keratosis muncul berukuran 3-4 mm, berwarna seperti warna kulit atau benjolan berwarna putih abu-abu yang muncul di tungkai bagian bawah. Penampakan sel epidermal seperti puncak menara gereja mengelilingi inti kolagen membentuk hiperkeratosis seperti jalinan keranjang. Keratinosit yang bervakuola yang ada pada veruka vulgaris tidak ditemukan pada lesi ini, meskipun secara klinis lesi ini bisa menyerupai kutil virus yang kecil.

Clonal Seborrheic Keratosis
Jenis keratosis seboroik ini berbentuk sarang-sarang sel basaloid yang tidak selamanya berbatas tegas berbentuk bulat dan terbungkus longgar di dalam jaringan epidermis. Walaupun sel yang paling banyak adalah keratinosit, sarang-sarang tersebut mengandung melanosit dalam jumlah besar. Keratinosit ini ukurannya bisa bermacam-macam.

Irritated Seborrheic Keratosis
Sinonim: inflamed seborrheic keratosis, basosquamous cell acanthoma.
Kelainan kulit eksematous berubah menjadi keratosis seboroik yang khas. Penyebab dari reaksi eksematous ini tidak diketahui. Bisa jadi disebabkan trauma, tapi belum dapat dibuktikan. Secara histologi, suatu keratosis seboroik memperlihatkan bagian-bagian dari perubahan inflamasi, banyak lingkaran atau pusaran dari sel-sel eosinofilik skuamous yang merata dan tertata seperti bawang. Ini menyerupai mutiara keratin dalam sel karsinoma bersisik, tapi bisa dibedakan oleh besarnya jumlah mereka, kecilnya ukuran, dan bentuknya yang terbatas. Keratinosit dalam suatu keratosis seboroik yang iritasi menunjukan tingginya tingkat keratinisasi atau keratosis seboroik yang sudah dewasa dibandingkan dengan common seborrheic keratosis.

Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia
Sel atipik dan diskeratosis bisa terlihat pada beberapa keratosis seborrheic. Lesi tersebut bisa sangat mirip dengan penyakit Bowen’s atau karsinoma sel squamous yang invasive. Tidak diketahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik itu akibat dari iritasi atau aktivasi, atau tanda karsinoma sel squamous. Sebaiknya untuk menghilangkan lesi ini seluruhnya.

Melanoacanthoma
Sinonim: pigmented seborrheic keratosis.
Melanoacanthoma lebih gelap dari pigmented seborrheic keratosis. Di dalam lesi ini, ada proliferasi melanosit dendritik yang jelas. Melanosit tersebut kaya dengan melanin, sebaliknya di sekitar keratinosit sangat sedikit mengandung melanin. Melanosit dapat berkembang menjadi sarang, yang melebar dari lapisan basal ke lapisan superfisial epidermis. Lesi ini tidak berpotensi menjadi ganas.

Dermatosis Papulosa Nigra
Dermatosis papulosa nigra merupakan papul kecil pada wajah yang tampak pada orang Afrika Amerika, namun terlihat pada orang yang berkulit lebih gelap dari ras lain, nampak merupakan varian dari keratosis seboroik. Lesi ini merupakan erupsi papul yang berpigmen pada wajah dan leher. Mereka menyerupai melanoacanthoma kecil-kecil. Gambaran histologis seperti common seborrheic keratosis tapi berukuran lebih kecil.

The Sign of Leser-Trelat
Erupsi multipel keratosis seboroik, juga dikenal sebagai the sign of Leser-Trelat, disebutkan berkaitan dengan multipel internal malignancies yang tersembunyi dan sering diikuti dengan rasa gatal . Keganasan yang paling sering dihubungkan adalah adenokarsinoma lambung, colon, dan payudara. Tanda ini juga telah dilaporkan dengan berbagai macam tumor, termasuk limfoma, leukemia, dan melanoma. Tanda ini juga disebutkan bahwa berhubungan dengan hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki terkait dengan penyakit keganasan dan dengan acanthosis nigricans.
Bukti yang mendukung dugaan hubungan keratosis seboroik dengan keganasan sangat sedikit. Banyak kanker yang dikaitkan dengan keratosis seboroik adalah kanker umum. Keratosa seborik juga umum. Membuktikan hubungan kausal yang tidak umum antara kanker umum dan kelainan kulit yang umum merupakan hal sulit.
Fenomena keratosis seboroik yang bisa pecah, mungkin menunjukkan peradangan dermatosis yang berpusat di sekitar papiloma kulit dan keratosis seboroik membuat fenomena itu lebih kelihatan. Tentu saja, dibutuhkan keahlian klinis melihat peninggian lesi keratosis seboroik pada pasien dengan dermatitis generalisata yang disebabkan banyak hal. Kemoterapi, khususnya citarabine, bisa menyebabkan peradangan keratosis seboroik, khususnya ketika dikaitkan dengan tanda Leser-Trelat. Maligna acanthosis nigricans muncul sebanyak 35% pasien dengan tanda Leser-Trelat, yang menunjukkan kesamaan mekanisme. Namun, hubungan sebenarnya antara erupsi keratosis seboroik multipel dengan keganasan organ dalam masih harus dijelaskan.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran sel skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya. Sarang-sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin.
Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang dikenal : acantholic (solid), reticulated (adenoid), hyperkeratotic (papilomatous), clonal dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa dijumpai. Tipe acantholic dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan campuran horn cyst. Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel basal, seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil. Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat hiperkeratotis, papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel skuamosa. Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal. Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat, dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik terdapat pada dasar lesi yang menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis seboroik. Kadangkala terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat tanpa likenoid, jarang terdapat netrofil yang berlebihan dalam infiltrat.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel basaloid yang kecil berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok- kelompok melanososm yang sering membatasi membran dapat ditemukan di antara sel.

PROGNOSIS

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman bagi kesehatan individu. Lesi keratosis seboroik umunya tidak mengecil namun akan bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu.

PENGOBATAN
1. Krioterapi
Lesi yang mengganggu pasien baik dari segi gejala atau kosmetik bisa diobati. Krioterapi mungkin pilihan pengobatan untuk kebanyakan jenis lesi. Suatu pembekuan seukuran 1 mm diameter di sekitar lesi menggunakan kapas atau semprotan biasanya menghasilkan respon yang bagus. Jika ada bekas lesi, atau muncul lagi, ulangi pengobatan tadi. Setelah krioterapi, pasca peradangan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi bisa saja terjadi. Walaupun bersifat sementara, perubahan-perubahan pigmen ini bisa bertahan pada pasien berkulit gelap dan bisa sangat mengganggu.

2. Elektrodesisasi
Cara pengobatan lainnya berupa elektrodesisasi diikuti dengan pengangkatan lesi dengan mudah menggunakan kuret diikuti dengan elektrodesisasi ringan.

3. Laser
Terapi laser menggunakan laser pigmen lesi juga efektif, dan ketika digunakan untuk mengobati keratosis seboroik datar, bisa menyebabkan peradangan pasca pigmentasi atau bekas lesi ketika dibandingkan dengan krioterapi atau elektrodesisasi.

4. Bedah scalpel
Pemotongan melalui cara bedah juga efektif, tapi ini bukan pilihan pengobatan karena efek terbalik dari bekas lesinya.
Salah satu bahaya besar menangani “keratosis seboroik” selain dari pemotongan dengan cara bedah adalah lesi yang ditangani bisa menjadi lesi displastik melanositik atau melanoma maligna. Sangat disarankan kalau lesi itu bukan common seborrheic keratosis, maka harus dilakukan pemeriksaan histologi.

5. Flourouracil topikal dan dermabrasi
Cara pengobatan yang agak awam dipakai untuk keratosis seboroik besar termasuk fluorouracil topikal dan dermabrasi.


DIAGNOSIS
Permukaan keratosis sebororik harus dibedakan dengan lentigo yang simple maupun maligna dan harus dibedakan dengan keratosis aktinik, terutama yang berlokasi pada wajah. Pola dan karakteristik permukaan lesi dapat membantu. Warna dan bentuk permukaannya dapat menyerupai nevus melanositik permukaan keratosis seboroik kurang berkilat bila dibandingkan dengan nevus melanositik.
Lesi yang meradang dapat disalahartikan sebagai melanoma maligna. Jika lesi diobati dengan antibiotik topikal dan dioklusi selama 5 hari, diagnosis dapat menjadi jelas. Tetapi jika terdapat keraguan klinis, maka dapat dilakukan pemeriksaan biopsi eksisi dan pemeriksaan patologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar