Jumat, 10 Oktober 2008

Tetesan oksitosin pada persalinan

Tetesan oksitosin pada persalinan adalah pemberian Oksitosin secara tetes melalui infus dengan tujuan untuk menimbulkan atau memperkuat His.

Indikasi :

1. Mengakhiri kehamilan
2. Memperkuat kontraksi rahim selama persalinan

Kontraindikasi :

Sama dengan kontraindikasi induksi persalinan secara umum yaitu :

1. Malposisi dan malpresentase janin
2. Insufisiensi plasenta
3. Disproporsi sefalopelvik
4. Bekas seksio sesaria atau miomektomi
5. Ibu menderita penyakit jantung
6. Grandemultipara
7. Plasenta previa
8. Gamelli (kehamilan kembar)
9. Distensi rahim yang berlebihan seperti akibat hidramnion

Cara pemberian :

Oksitosin tidak diberikan secara oral karena dapat dirusak di dalam lambung oleh “Enzym Trypsin”. Oksitosin diberikan secara bucal, nasal spray, intramuskular atau intravena.

Pemakaian secara intravena (drips/tetesan) adalah paling banyak digunakan oleh karena dengan cara ini uterus dirangsang sedikit demi sedikit secara kontinyu dan bila perlu infus dapat dihentikan dengan segera.

Pemberian tetesan oksitosin harus diberikan dibawah pengawasan yang ketat dengan pengamatan pada his dan denyut jantung janin.

Pada janin hidup
· 5 IU oksitosin dalam 500 cc dekstrose 5 %. Ini berarti 2 tetesan mengandung 1 mIU
· Dosis awal 1-2 mIU (2-4 tetes) permenit
· Dosis dinaikkan 2mIU (4 tetes) permenit setiap 30 menit.
· Dosis maksimal 20-40 mIU permenit

Untuk meningkatkan keberhasilan dengan cara ini bisa dilakukan amniotomi, striping of the membrane ataupun menggunakan balon kateter.

Pada janin mati


  • Teknik 1
1. Menggunakan 500 cc Ringer laktat (1 botol)
2. Mula-mula dipakai 10 IU oksitosin dalam 500 cc ringer laktat
3. Kecepatan tetesan 20 tetes permenit
4. Bila tidak timbul kontraksi yang adekuat, dosis dinaikkan 10 IU tiap 30 menit, tanpa mengubah kecepatan tetesan sampai timbul kontraksi yang adekuat dan ini dipertahankan.
5. Dosis tertinggi yang dipakai adalah 140 IU
6. Bila dengan jumlah cairan tersebut (500 cc Ringer Laktat) tidak berhasil maka induksi dianggap gagal


  • Teknik 2
Botol I
1. Mulai dengan dosis 10 IU oksitosin dalam 500 cc Ringer laktat
2. Kecepatan tetesan 20 tetes per menit
3. Bila belum timbul kontraksi adekuat, maka dosis dinaikkan 10 IU setiap habis 100 cc tanpa mengubah keceptan tetesan sampai timbul kontraksi adekuat dan ini dipertahankan.
4. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol II ialah 50 IU oksitosin, bila timbul kontraksi adekuat langsung dilanjutkan dnegan botol II


Botol II
1. Mulai dengan dosis 50 IU oksitosin dalam 500 cc Ringer laktat
2. Kecepatan tetesan 20 tetes per menit
3. Bila belum timbul kontraksi adekuat, maka dosis dinaikkan 20 IU setiap habis 100 cc tanpa mengubah keceptan tetesan sampai timbul kontraksi adekuat dan ini dipertahankan.
4. Dosis tertinggi yang dipakai dalam botol II ialah 130 IU oksitosin, bila setelah kedua botol tersebut kontraksi belum adekuat maka induksi dianggap gagal.


Untuk meningkatkan keberhasilan maka dianjurkan :
· Pemasangan laminaria sebelumnya (untuk dilatasi serviks)
· Melakukan amniotomi (bila memungkinkan)


Bila gagal, penderita diistirahatkan dan induksi diulangi lagi pada keesokan harinya.


Pada janin mati dengan umur kehamilan di atas 28 minggu, maka digunakan tetesan oksitosin dosis rendah :


· Persiapan maupun cara pemberian sama dengan tetesan oksitosin dosis tinggi (Teknik 1), hanya disini dimulai dengan dosis oksitosin 5 IU dan bila timbul kontraksi uterus yang adekuat, dosis dinaikkan 5 IU setiap 30 menit, maksimal 70 IU.


Catatan


Bila ditemukan water intoxication dengan gejala-gejala : kebingungan, stupor, kejang dan koma, maka tindakannya adalah :


· Tetesan segera dihentikan
· Mengusahakan diuresis secepat dan sebanyak mungkin


Sebelum melakukan pemberian tetesan oksitosin terutama pada janin mati, perlu dilakukan pemeriksaan tentang poroses pembekuan darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar