Minggu, 27 November 2011

KPD & KPSW



BAB I
PEMBAHASAN

I.                   Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP)
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan.
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan atu disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM.
Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM
Insiden
·         PROM             : 6-19% kehamilan
·         PPROM          : 2% kehamilan
Etiologi
·         Penyebab dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi.
·         Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD antara lain :
o    Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal
o    Inkompetensi serviks
o    Infeksi vagina/serviks
o    Kehamilan ganda
o    Polihidramnion
o    Trauma
o    Distensi uteri
o    Stress maternal
o    Stress fetal
o    Infeksi
o    Serviks yang pendek
o    Prosedur medis
Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan cara :
·         Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau
·         Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior
·         USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
·         Terdapat infeksi genital (sistemik)
·         Gejala chorioamnionitis
Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA) meningkat, kultur darah/urin
Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang
Cairan amnion
Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin.
Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar
·         Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion  7,0-7,5
·         Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test
o    Jadi biru (basa)            : air ketuban
o    Jadi merah (asam)       : air kencing
Prognosis/komplikasi
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
Prognosis ibu
·         Infeksi intrapartal/dalam persalinan
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
·         Infeksi puerperalis/ masa nifas
·         Dry labour/Partus lama
·         Perdarahan post partum
·         Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)
·         Morbiditas dan mortalitas maternal
Prognosis janin
·         Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress sindrome, hypothermia, neonatal feeding problem, retinopathy of premturity, intraventricular hemorrhage, necrotizing enterocolitis, brain disorder (and risk of cerebral palsy), hyperbilirubinemia, anemia, sepsis.
·         Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat
·         Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/pertus lama, apgar score rendah, ensefalopaty, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory distress.
·         Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT)
·         Morbiditas dan mortalitas perinatal
Penatalaksanaan
·         Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin
·         Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin
·         Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam
·         Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga.
·         Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
·         Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan aterm
·         Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.
·         Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi)
·         Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama)
·         Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan
·         Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari)
·         Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis (nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat, oksitosin antagonis (atosiban)
·         Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi PROM
·         Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan
·         KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid
·         KPD pada kehamilan  > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC
·         KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC



II.               POLIHIDRAMNION

Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml. Hidramnion akut adalah penambahan air ketuban secara mendadak dan cept dalam beberapa hari, biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6. Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan, biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua kehamilan. Biggio dkk (1999) melaporkan dari Alabama, insisden hidramnion 1% diantara lebih dari 36.000 kehamilan.
Etiologi
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan sistem syaraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :
·         Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak anensefalus.
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder (vesica urinaria) ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal periode pertumbuhan fetus, hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.
·         Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan anensefalus.
Damato dan koleganya (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan amnionnya, ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal, sistem syaraf pusat, thorax, skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai trisomi 18—Edward syndrome dan dua janin dengan trisomi 21—Down syndrome), dan kelainan jantung. 19 orang wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan kehamilan kembar monozigotik, hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu fetus menguasai satu bagian sirkulasi dari janin lainnya, dimana fetus yang satu ini mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang meningkat.
Diagnosis
1. Anamnesis
·         Perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa
·         Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus ekstrim ibu hanya bisa bernafas bila berdiri tegak
·         Nyeri ulu hati dan sianosis
·         Nyeri perut karena tegangnya uterus
·         Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra mengalami obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.
2. Inspeksi
·         Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
·         Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
·         Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar
3. Palpasi
·         Perut tegang dan nyeri tekan
·         Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya
·         Bagian-bagian janin sukar dikenali
4. Auskultasi
·         Denyut jantung janin sukar didengar
5. Pemeriksaan penunjang
·         Foto rontgen (bahaya radiasi)
·         Ultrasonografi
o    Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG.
o    Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%.
From Queenan (1991)
Diagnosa banding
·         Gemelli (kembar)
·         Asites (pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
·         Kista ovarium
·         Kehamilan dengan tumor
Prognosis
Janin
·         Kelainan kongenital
·         Prematuritas
·         Prolapsus tali pusat
Ibu
·         Solusio plasenta
·         Atonia uteri
·         Perdarahan postpartum
Penanganan
Pada masa hamil
Pada hidramnion ringan tidak perlu pengobatan khusus. Hidramnion sedang dengan beberapa ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak perlu intervensi sampai persalinan atau sampai selaput membran pecah spontan. Jika terjadi sesak nafas atau nyeri pada abdomen, terapi khusus diperlukan. Bed rest, diuretik dan air serta diet rendah garam sangat efektif. Terapi indomethacin biasa digunakan untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul menyertai hidramnion. Kramer dan koleganya (1994) melalui beberapa hasil penelitiannya membuktikan bahwa indomethacin mengurangi produksi cairan dalam paru-paru atau meningkatkan absorpsi, menurunkan produksi urine fetus dan meningkatkan sirkulasi cairan dalam membran amnion. Dosis yang boleh diberikan 1,5-3 mg/Kg per hari. Tetapi pada hidramnion berat maka penderita harus dirawat dan bila keluhan terlalu hebat dapat dilakukan amniosentesis(pengambilan sampel cairan ketuban melalui dinding abdomen). Prinsip dilakukan amniosintesis adalah untuk mengurangi distress pada ibu. Selain itu, cairan amnion juga bisa di tes untuk memprediksi kematangan paru-paru janin.
Pada masa persalinan
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita adalah menunggu. Jika pada waktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukanlah tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksudnya adalah supaya tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-tiba perut kosong atau perdarahan postpartum karena atonia uteri.
Pada masa nifas
Observasi perdarahan postpartum














III.           OLIGOHIDRAMNION

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari 500 mL. Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu.
Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal agenesis.
From Peipert and Donnenfeld (1991)
Gambaran klinis
·         Perut ibu kelihatan kurang membuncit
·         Denyut jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas
·         Ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak
·         Persalinan lebih lama dari biasanya
·         Sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali
·         Bila ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
Prognosis
Prognosis oligohidramnion tidak baik terutama untuk janin. Bila terjadi kehamilan muda akan mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadifoetus papyreceous, yaitu picak seperti kertas karena tekanan-tekanan. Bila terjadi pada kehamilan lanjut akan terjadi cacat bawaan, cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering. Selain itu, dapat mengakibatkan kelainan musculoskeletal(sistem otot).
Oligohidramnion yang berkaitan dengan PPROM pada janin yang kurang dari 24 minggu dapat mengakibatkan terjadinya hipoplasia paru-paru. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
·         Kompresi toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-paru terhambat
·         Terbatasnya pernapasan janin menurunkan pengembangan paru-paru
·         Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan paru-paru
Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC karena :
·         Index kantung amnion (ICA) 5 cm atau kurang
·         Deselerasi frekuensi detak jantung janin
·         Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm.













BAB II
CONTOH KASUS KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS G2P1A0 DENGAN KETUBAN PECAH DINI TERHADAP Ny. DF 36 MINGGU DI RSB.BUNDA

I.                   Pengumpulan Data Dasar
a.       Data Subjektif
1.      Identitas
Nama istri
:
Ny. DF
Nama suami
:
Tn. DT
Umur
:
25 tahun
Umur
:
27 tahun
Agama
:
Islam
Agama
:
Islam
Suku
:
Jawa
Suku
:
Jawa
Pendidikan
:
D3
Pendidikan
:
D4
Pekerjaan
:
PNS
Pekerjaan
:
PNS
Alamat
:
Jl . Dago No. 25 Bandung , Jawa Barat
Anamnesa pada tanggal : 22 September  2011
2.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan dirinya hamil anak ke-2, tidak pernah keguguran, usia kehamilan 9 bulan, mengeluh nyeri perut bagian bawah. Dari vagina keluar lendir berwarna kecoklatan bercampur darah dan air sejak pukul13.00 wib .
3.      Tanda – tanda Persalinan
Ibu datang pukul 20.00 WIB, his jarang, mengeluarkan lendir agak kecoklatan, air ketuban sudah tidak ada .
4.      Masalah – masalah Khusus
Mengalami kelainan yaitu air ketuban pecah sebelum waktunya, yang akan beresiko terhadap infeksi.
5.      Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat Haid
Menarche              : 13 tahun
Siklus                    : 28 hari
Lamanya               : 5 – 8 hari
Keluhan                 : tidak ada
Jumlah                   : 2 – 3 kali ganti pembalut/hari
HPHT                    : 14 – 12 – 2010
TP                          : 21 – 09 – 2011
6.      Pemeriksaan kehamilan
a.       Trimester I
·           ANC         : 2 x di bidan
·           Keluhan    : tidak ada
·           Anjuran     : banyak istirahat
·           Terapi        : berikan ibu vitamin C
b.      Trimester II
·           ANC         : 2 x di puskesmas
·           Keluhan    : ibu sering mengalami nyeri perut
·           Anjuran     : ANC secara teratur
·           Terapi        : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
c.       Trimester III
·           ANC         : 2 x di bidan
·           Keluhan    : ibu sering BAK
·           Anjuran     : ANC secara teratur
·           Terapi        : berikan ibu tablet Fe 1x 1 Tab/hari
7.      Riwayat hamil , Bersalin Dan Nifas Yang Lalu
Hamil
Ke -
Tahun
Lahir
Lama
& Jenis persalinan
Penyulit/
Komplikasi
Penolong
&
Tempat
BB/BP
Keadaan
Anak
1.
2008
12 jam spontan pervaginam
Tidak ada
Bidan BPS
3000gr
52cm
Sehat
2.
2011
12 jam spontan pervaginam
Tidak ada
Bidan BPS
2800gr
50cm
Sehat
8.      Riwayat Imunisasi
a.       TT I     : Usia kehamilan 4 bulan di bidan A
b.      TT II    : usia kehamilan 5 bulan di bidan A
9.      Pergerakan janin dalam 24 jam
Ibu merasakan gerakan janinnya sangat kuat
10.  Pola kebiasaan nutrisi sehari-hari
a.       Nutrisi
1.      Sebelum hamil : ibu makan 3x seharidengan porsi 1 piring nasi, 1 potong lauk, 1mangkuk sayur, serta minum 7-8 gelas / hari.
2.      Sesudah hamil: ibu mengatakan pada awalkehamilan, ibu kurang nafsu makan, karenasering merasa mual pada pagi hari
b.      Eliminasi
1.       Sebelum hamil : BAB : 1-2 X sehari , BAK : 2-6 X sehari
2.      Sesudah hamil :  BAB : 1X sehari , BAK : 8-9 X sehari
c.       Istirahat dan tidur
1.       Sebelum hamil : ibu tidur malam 7-8 jam /hari, tidur siang 2 jam
2.       Sesudah hamil : ibu mengatakan kurang bisa tidur, karenapegal pada pinggang, nyeri menjalar ke perutbagian bawah, dan sering BAK
11.  Psikologis
Ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan

b.      Data Obyektif
1.      Keadaan umum     : baik
Kesadaran             : compasmatis
2.      Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD                         : 110/70 mmHg
Suhu                      : 36°C
Nadi                      : 82x/menit
Resfirasi                : 22x/menit
3.      Berat badan ibu
Sebelum hamil       : 50kg
Setelah hamil         : 62kg
Kenaikan               : 12kg
Tinggi badan ibu   : 168cm
4.      Pemeriksaan fisik 
a.                                                        Rambut          : warna hitam , bersih , tidak rontok
b.                                                        Mata  : kanan kiri simetris , fungsi penglihatan bayi , konjungtiva agak pucat
c.                                                        Wajah            : bentuk simetris , tidak pucat , tidak ada cloasma gravidarum
d.                                                       Hidung          : bentuk simetris , keadaan bersih , tidak ada polip , fungsi penciuman normal
e.                                                        Gigi    : bentuk simetris , tidak ada caries maupun samotis , keadaan mulut bersih , fungsi pengecapan baik
f.                                                         Telinga           : bentuk simetris , keadaan bersih , fungsi pendengaran baik
g.                                                        Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid , tidak ada pembesaran vena jugularis
h.                                                        Dada  : bentuk dada simetris kanan kiri , pergerakan nafas teratur
i.                                                          Payudara        : membesar simetris kanan kiri , putting susu menonjol , tidak ada bekas luka oprasi

II.                Analisa
1.      Diagnosa : multipara
Ibu G2P1A0 hamilo 36 minggu , janin hidup tunggal intrauteri ,letak memanjang , presentasi kepala posisi puki, inpartu kala 1 (fase laten) dengan KPD (Ketuban Pecah Dini). Sejak pukul 13.00 ketuban (-) . Terdapat pengeluaran lender bercampur darah .
2.      Masalah : cemas meghadapi persalinan
a.                                              Dasar : ibu mengatakan cemas karena ketuban sudah pecah , tetapi bayi belum juga lahir
b.                                              HIS    : ada , 2x setiap menit
c.                                              Lama  : 20 detik kekuatan 20-40 detik
3.      Kebutuhan
a.       Dukungan psikologis
b.      Penyuluhan cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
c.       Penyuluhan cara mengendan / meneran aktif
d.      Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein , mineral , vitamin cukup sayur-sayuran , tempe , tahu , telur , ikan , buah-buahan , apalagi ia mampu membeli susu dan mencobanya walau tidak suka minum susu
4.      Rencana manajemen
a.       Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini
Keadaan ibu saat ini baik , ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan ini
b.      Observasi kala I dengan patograf
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengakap . kala I persalinan terdiri atas dua fase , yaitu fase laten dan fase aktif . fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm , fase aktif dari pembukaan 4 cm hingga lengkap 10 cm .
c.       Anjurkan ibu posisi miring
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selamapersalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendampinglainnya untuk membantu ibu untuk berganti posisi, ibu boleh berjalan,berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring, atau merangkak. Posisi tegakseperti berjalan, berdiri, atau jongkok dapat membantu turunnya kepalabayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuksering berganti posisi selama persalinan.
d.      Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik, dan psikologis ibu serta kesiapan bidan/penolong.
1.      Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dankelahiran bayi. Siapkan ruang persalinan yang hangat dan bersih,memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin. 
2.      Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak.
3.      Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
4.      Riwayat psikologis : ibu mengatakan saat ini bahagia dengankelahiran bayinya, karena sudah lama menantikannya dan jeniskelamin bayi sesuai dengan keinginannya.
e.       Anjurkan teknik relaksasi
Anjurkan ibu untuk duduk santai, menarik nafas, berendam, mendengarkan musik.
f.       Ajarkan ibu cara mengedan yang baik
1.Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya
selama kontraksi.
2.Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran
3.Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi
4.Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebihmudah untuk meneran jika lutut ditarik kearah dada dan daguditempelkan ke dada.
5.Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
6.Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.       
g.      Beri ibu dukungan psikologis
Bahwa ibu melewati persalinan ini dengan lancar. Berikan ibu support, dan dampingi ibu dalam persalinan
h.      Siapkan oksigen
Persiapkan oksigen untuk mencegah terjadinya asfeksia pada bayi baru lahir.
i.        Pemberian cairan infus RL dengan 20 tetes / menit
Pasang infuse menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18)dan berikan RL atau NS. Infuskan1 liter dalam 15 sampai 20 menit. Jikamungkin infuskan 2 liter dalam waktu 1 jam pertama, kemudianturunkan ke 125 cc/ jam.
j.        Pemberian obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter
Berikan ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.











FORMAT
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS G..P..A.. DENGAN KETUBAN PECAH DINI TERHADAP Ny.  …MINGGU DI RSB.BUNDA

III.             Pengumpulan Data Dasar
c.       Data Subjektif
12.  Identitas
Nama istri
:

Nama suami
:

Umur
:

Umur
:

Agama
:

Agama
:

Suku
:

Suku
:

Pendidikan
:

Pendidikan
:

Pekerjaan
:

Pekerjaan
:

Alamat
:

Anamnesa pada tanggal :
13.  Keluhan Utama
…………………
14.  Tanda – tanda Persalinan
…………………
15.  Masalah – masalah Khusus
………………….
16.  Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat Haid
Menarche              :
Siklus                    :
Lamanya               :
Keluhan                 :
Jumlah                   :
HPHT                    :
TP                          :
17.  Pemeriksaan kehamilan
d.      Trimester I
·           ANC         :
·           Keluhan    :
·           Anjuran     :
·           Terapi        :
e.       Trimester II
·           ANC         :
·           Keluhan    :
·           Anjuran     :
·           Terapi        :
f.       Trimester III
·           ANC         :
·           Keluhan    :
·           Anjuran     :
·           Terapi        :
18.  Riwayat hamil , Bersalin Dan Nifas Yang Lalu
Hamil
Ke -
Tahun
Lahir
Lama
& Jenis persalinan
Penyulit/
Komplikasi
Penolong
&
Tempat
BB/BP
Keadaan
Anak
1.






2.






19.  Riwayat Imunisasi
c.       TT I     :
d.      TT II    :
20.  Pergerakan janin dalam 24 jam
……………………………….
21.  Pola kebiasaan nutrisi sehari-hari
d.      Nutrisi
3.      Sebelum hamil : ………………….
4.      Sesudah hamil: ……………………..
e.       Eliminasi
3.       Sebelum hamil : BAB : ………. , BAK : …………….
4.      Sesudah hamil :  BAB : ………. , BAK : ……………..
f.       Istirahat dan tidur
3.       Sebelum hamil : …………………………………………
4.       Sesudah hamil : …………………………………………
22.  Psikologis
……………………..

d.      Data Obyektif
5.      Keadaan umum     : ……..
Kesadaran             : ………
6.      Pemeriksaan tanda-tanda vital
TD                         : ………..
Suhu                      : ………..
Nadi                      : ………..
Resfirasi                : ………..
7.      Berat badan ibu
Sebelum hamil       : ………….
Setelah hamil         : ………….
Kenaikan               : ………….
Tinggi badan ibu   : ………….
8.      Pemeriksaan fisik 
j.                                                          Rambut          : ………….
k.                                                        Mata  : ………….
l.                                                          Wajah            : ………….
m.                                                      Hidung          : ………….
n.                                                        Gigi    : ……….
o.                                                        Telinga           : ……………
p.                                                        Leher : ……………
q.                                                        Dada  : ……………
r.                                                         Payudara        : …………….

IV.             Analisa
5.      Diagnosa :
……………………..
6.      Masalah :
d.                                             Dasar : …………..
e.                                              HIS    : …………..
f.                                               Lama  : …………..
7.      Kebutuhan
…………….
8.      Rencana manajemen
…………….









Daftar Pustaka

Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.YBPSP. Jakarta
Aria wibawa dept obstetri dan ginekologi FKUI-RSUPN CM
Cunningham, F.G., Et all. 2005. William Obstetrics, 22nd edition. Chapter 21 Disorders of Aminic Fluid Volume. Pages 525-533. USA: McGRAW-HILL
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC. Jakarta
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta
Varney, Helen. 2000. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta
Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. 2006.  YBPSP. Jakarta











MAKALAH
KELAINAN AIR KETUBAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai
Mata kuliah Askeb IV


Oleh :
Dea Fitriana . W
Yayu Hanifah
2-A
DIII – Kebidanan


STIKes Muhammadiyah Ciamis
JL.K.H.AHMAD DAHLAN NO.20 TLP.(0265)773052 CIAMIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar