Kamis, 24 Februari 2011

Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di kelurahan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang tua selalu menginginkan agar anak mereka menjadi lebih cerdas, gembira dan pandai menyesuaikan emosi dan fisiknya. Sayangnya tak semua orang tahu bagaimana caranya memberikan pengetahuan sejak dini kepada anak-anaknya. (Djatmiko, 2004). Kebanyakan orang tua memiliki mitos bahwa bayi hanya makan, tidur dan mengompol, tidak dapat melihat dengan baik, tidak dapat mendengar sama sekali dan pada dasarnya tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya sebelum umur 3 bulan. (Ludington, 1985)
Bayi memerlukan cinta ibu tanpa syarat dan memerlukan pengasuhan baik secara lahiriah maupun kejiwaan. Salah satu perwujudannya adalah ”kasih sayang” yang dapat dinyatakan dengan ciuman, sentuhan tangan, sikap ibu pada saat menyusui melalui pelukan hangat memberikan perasaan yang aman pada bayi.
Tertuang pada pokok-pokok pikiran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 1991 bahwa ibu merupakan penentu bagi pola asuhan bayi/anak termasuk dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI). Bukan hanya Ibu, ayahpun perlu terlibat dan menjalin kelekatan dengan bayi sehingga mampu menumbuhkan cara pandang terhadap dirinya sendiri yang positif (self esteem), kompetensi, rasa percaya diri sebagai bekal hidupnya kelak.
Bayi memiliki kebutuhan biologis untuk “belajar”. Metode pengajaran yang tepat bagi janin maupun bayi, yakni merangsangnya agar gemar membaca. (Djatmiko, 2004). Hal ini merupakan suatu stimulasi. Menurut Kobayashi (dalam Sodjatmiko, 2002) bahwa “Stimulasi yang diberikan secara dini, terarah dan lama, maka semakin besar dan lama manfaatnya dalam hal kecerdasan, kemampuan berbahasa dan kecerdasan emosional.
Bayi yang diberi stimulasi menunjukkan respon yang positif. Antusiasme dan dedikasi mereka menghasilkan pembentukan Assosiasi Edukasi Stimulasi Janin (Infant Stimulation Education Association). Bayi-bayi tersebut lebih sering tersenyum, lebih pandai menjangkau benda, bisa mengoceh lebih cepat, berat badan bertambah lebih cepat dan keingintahuannya lebih besar. (Ludington, 1985). Hal ini terjadi karena tahun pertama kehidupan merupakan “Masa/tahun-tahun keemasan dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan secara maksimal, ia memberikan peluang untuk optimalisasi tumbuh kembang serta memberi peluang untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya.” (Sularyo, 1996)
Tenaga kesehatan/orang tua pada tahun pertama kehidupan anaknya seringkali hanya memfokuskan pada perkembangan motorik kasar saja, sedangkan kurang diberikan pada perkembangan motorik halus yang merupakan indikator kemampuan intelektual anak. (Soetjiningsih, 1998). Jika saja orang tua memahami dan menggunakan stimulasi bayi, tujuan-tujuan untuk mendapatkan bayi cerdas tidak hanya mungkin, tetapi juga dapat diraih. Pemberian stimulasi yang terarah dan terus menerus dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sesuai dengan tumbuh kembang anak akan sangat bermanfaat.
Setiap anak mempunyai hak-hak menurut Islam, yaitu : (Samil, 1999)
1. Hak untuk hidup.
2. Hak mendapat nama baik.
3. Hak mendapat penyusuan dan pengasuhan
4. Hak mendapat kasih sayang.
5. Hak mendapat perlindungan dan nafkah dalam keluarga.
6. Hak mendapat pendidikan dalam keluarga
7. Hak mendapat kebutuhan pokok sebagai warga negara.
Pemeliharaan orang tua yang memadai merupakan hal yang menunjang bagi peningkatan kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tetapi pemeliharaan yang kurang memadai dapat mengakibatkan gagal tumbuh (failure to thrive), anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan dan keterlambatan perkembangan. (Soetjiningsih, 1998). Menurut Van Den Boomm, 1995 (dalam Monks, 1999) bahwa pada umumnya anak yang mengalami kesulitan hubungan ibu-anak agak mudah marah dan sensitif
Pengetahuan orang tua, khususnya ibu dalam menstimulasi/merangsang perkembangan anak dengan dasar “Pendekatan kasih sayang” sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan. Langkah ini untuk meraih anak yang cerdas dan bila memang ditemukan adanya penyimpangan maka dapat segera dilakukan intervensi agar tidak berlanjut dan anak dapat mencapai potensial perkembangannya secara optimal.
Hasil prasurvey bulan Maret 2004 yang didapatkan penulis di Kecamatan Metro Timur, bahwa jumlah anak balita sebagai berikut :
Tabel 1. Data Jumlah Anak Balita (0-4 th) Tahun 2003 di Kec. Metro Timur.
No Desa/ Kelurahan Usia 0-4 tahun
1
2
3
4
5 Iring Mulyo
Yosodadi
Yosorejo
Tejosari
Tejoagung 353
502
418
161
280
Jumlah 1714
Sumber : Dokumentasi Kecamatan Metro Timur Tahun 2003.
Berdasarkan data di atas ternyata kelurahan Yosodadi mempunyai jumlah anak balita terbanyak, yaitu 502 balita dibandingkan empat kelurahan lainnya.
Kelurahan Yosodadi memiliki 7 Posyandu, dimana dari 502 jumlah balita tersebut diantaranya terdapat 107 bayi berusia 0-12 bulan. Adapun data yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 2. Data Jumlah Bayi (0-12 Bulan) Bulan Maret 2004 di Puskesmas Iring Mulyo
No Nama Posyandu Jumlah
1
2
3
4
5
6
7 Melati 3B
Melati 1
Melati 4A
Melati 2B
Melati 3A
Melati 2A
Melati 4B 25
17
20
12
11
12
10
Jumlah 107
Sumber : Dokumentasi Puskesmas Iring Mulyo Bulan Maret 2004.
Pada tiap posyandu di kelurahan tersebut, kegiatan pembinaan keluarga balita (BKB) telah terlaksana, dimana daftar kehadiran bayi dan balita bersifat kontinyu.
Hasil wawancara yang penulis lakukan, bahwa masih banyak ibu yang mempunyai kebiasaan untuk membandingkan kemampuan/keterampilan anaknya dengan kemampuan/keterampilan anak lain baik yang sebaya maupun tidak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi yang tepat kepada anaknya masih kurang.
Mengantisipasi hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi 0 – 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

B. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Bagaimana pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 - 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.”

C. Ruang Lingkup penelitian
Jenis : Penelitian Deskriptif
Subjek : Ibu yang mempunyai bayi usia 0 -12 bulan.
Objek : Pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi.
Lokasi : Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.
Waktu : 8 Mei - 01 Juni 2004

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang stimulasi pada bayi usia 0 –12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia 0 - 3 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
b. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  3 -  6 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
c. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  6 -  9 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur
d. Diketahui pengetahuan ibu dengan bayi usia  9 - 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan referensi tentang tumbuh kembang dan stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan bagi petugas puskesmas untuk penyuluhan tentang tumbuh kembang dan stimulasi bayi usia 0 – 12 bulan.
3. Bagi Kader Posyandu
Dapat menambah pengetahuan/masukan tentang stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan.
4. Bagi Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0-12 Bulan
Dapat menambah pengetahuan pentingnya stimulasi pada bayi usia 0 – 12 bulan di Kelurahan Yosodadi wilayah kerja Puskesmas Iring Mulyo Kecamatan Metro Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar