Rabu, 05 Januari 2011

ASFIKSIA NEONATORUM




A.    PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipolesia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transfor O2 dan ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.

B.    ETIOLOGI
1.    Asfiksia intra uterin
2.    Bayi kurang bulan
3.    Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu
4.    Penyakit neuromuscular bawaan (congenital)
5.    Cacat bawaan
6.    Hipoksia intrapartum


C.    DERAJAT BERAT RINGANNYA ASFIKSIA
a.    Normal bila nilai APGAR 7 – 10
b.    Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4 – 6
c.    Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0 – 3

D.    TANDA DAN GEJALA
- Apnu primer         :     Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus   neuromuscular menurun
-Apnu sekunder      :    Apabila asfiksia berlanjut, bagi menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah
E.    FAKTOR PREDISPOSISI
-    Ibu :
1.    Gangguan his misalnya hipertoni dan tetani
2.    Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya plasenta previa
3.    Hipertensi pada eklamsi
4.    Gangguan mendadak pada plasenta seperti salutio plasenta
-    Janin :
1.    gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2.    Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgesik yang diberikan kepada ibu, pendarahan intrakranial dan kelainan bawaan
3.    Ketuban keruh/meconium

F.    DIAGNOSIS
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian:
1.    Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyut semenit, selama his frekuensi ini bias turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan dnyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100x semenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2.    Mekanisme dalam air ketuban
Mekoneum pada presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Asanya mekoneum dalam air ketuban pada presentasi-kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.    Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.

G.    PENATALAKSANAAN AWAL ASFIKSIA
1.    Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering
2.    Bebaskan jalan nafas : atur posisi-isap lendir
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan :
-    Extensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi
-    Hisap lendir/cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/lendir dan darah menggunakan penghisap lendir DeLee
3.    Rangsangan taktil
Bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisap lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung yang pada dasrnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil yaitu :
1.    Menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan.
2.    Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh , tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil, tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil atau menggosok. Prosedur ini tidak dilakukan pada bayi-bayi dengan apnu, hanya dilakukan pada bayi-bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dan dalamnya pernafasan.

                    DAFTAR PUSTAKA
Winknjosastro, H. 199
    Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Saefuddin, B.A. 2001
Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Depkes, 2001
    Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar