Penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Adalah suatu penyakit akut yang terutama menyerang anak yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demam dan manifestasi perdarhan pada kulit ataupun bagian tubuh lainnya dan bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjt pada kematian.
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan patokan kriteria WHO (1975) denganspesifikasi yang telah ditetapkan pada peremuan POKJA DBD di Ciloto maret 1994.
A. Klinik
1. Demam tinggi, mendadak, berlangsung terus menerus sekana 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan baik melalui uji torniquett maupun perdarahan spontan pada kulit (peteki, ekimosis, memar) maupun perdarahan pada organ lainnya (epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, emesis dan melena).
3. Hepatomegali
4. Renjatan yang ditandai oleh nadi cepat dan lemah sampai tak teraba, tekanan nadi menyempit (<20>
B. Laboratorium
1. Trombositopenia : trombosit kurang dari 150.000/mm3 atau penurunan progresif pada pemeriksaan periodik disertai waktu perdarahan yang memanjang.
2. Hemokonsentrasi : hematokrit pada saat masuk kerumah sakit > 20 % atau meningkat secara progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis ditegakkan bila terdapat 2 kriteria klinik dan 2 kriteria laboratorium. Di Indonesia sendiri, kriteria-kriteria ini perlu dilengkapi dengan gejala-gejala klinik yang menjurus pada ensefalopati dan gejala-gejala seperti nyeri perut dan muntah-muntah.
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan trombosit pada saat masuk rumah skit setiap 6 jam sekali (minimal 2 kali berturut-turut, terutama bila trombosit dalam batas normal). Pemeriksaan hematokrit 3x berturut-turut setiap 1-2 jam kemudian secara periodik setiap 6 jam.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto Thoraks lateral dekubitus kanan = terdapat efusi pleura dan bendungan pembuluh darah. Keadaan ini sangat menunjang diagnosis DBD.
b. Darah rutin. Hb,lekosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6- 30 %)
c. Serologis. HI test dengan cara paper, filter disc. Pengambilan sampel darah 2 kali yakni saat masuk RS dan waktu pulang.
d. Tes waktu perdarahan dengan tekhnik IVY. Nilai normal = 1-7 menit)
DERAJAT BERATNYA DBD
Penggolongan derajat ini terutama bertujuan untukmenentukan jenis tindakan penanganan yang harus dilakukan. Disusun berdasar atas ketetapan WHO tahun 1975.
· Derajat I : Demam disertai gejala infeksi tak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet (+).
· Derajat II : Derajat I ditambah perdarahan spontan di kulit atau bagian tubuh lainnya.
· Derajat III : Renjatan (kegagalan sirkulasi)yangditandai dengan nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<20>
· Derajat IV : renajatn dalam dengan nadi tak teraba dan terisi tak teratur.
TATA LAKSANA PENGOBATAN
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simptomatik dan suportif (karena etiloginya dalah virus). Tujuan pengobatan itu sendiri adalah untuk mengganti cairan intravaskuler (volume plasma) yang hilang. Dan memperbaiki Keadaan Umum (KU) penderita.
Jenis tindakan :
a. Penggantian cairan
i) DBD tanpa renjatan :
(1) Minum banyak, 1,5 sampai 2 liter air dalam satu hari. Berupa air teh manis, sirup, air gula, susu, air buah atau oralit.
(2) Pemberian cairan intra vena (IV) nanti bila :
(a) Penderita muntah-muntah terus
(b) Intake tidak terjamin
(c) Pada pemeriksaan berkala hematokrit, betendensi mengalami peningkatan terus.
(3) Jenis cairan adalah RL dan jumlahnya disesuaikan dengan jumlah cairan untuk mengatasi diare dehidrasi sedang, yaitu dengan mempertimbangkan PWL, NWL, dan CWL :
(a) BB 3-10 kg : 205 ml/kgBB/24 jam
(b) BB 10-15 kg : 175 ml/kgBB/24 jam
(c) BB 15-25 kg : 140 ml.kgBB/24 jam
(4) Secara praktisnya cairan dapat diberikan sekitar 10 ml/kgBB/menit dan infus diberikan dalam waktu 24 jam. Apabila infus lanjutan diperlukan, maka hanya dengan memperhitungkan CWL dan NWL saja, atau kurang lebih 5-7 ml/kgbb/menit (1,5-2 tetes/kgBB/menit)
ii) DBD dengan renjatan :
(1) Derajat III : infus dengan RL dengan kecepatan 20 ml/kgBB/menit hingga tekanan darah sistole > 80 mmhg, nadi jelas teraba dan amplitudonya cukup besar (biasanya dicapai dalam waktu 1 jam).
(2) Derajat IV : infus RL dengan diguyur atau dapat dibolus 100 – 200 cc (bila jumlah tetesan yang diharapkan tidak tercapai), sampai nadi teraba dan tensi mulai terukur. Biasanya keadaan ini mulai dicapai dalam waktu 15-30 menit.
(3) Bila renjatan telah teratasi, kecepatan tetesan diubah menjadi 10 ml/kgBB/menit selama 4-6 jam. Bila keadaan umum tetap baik, jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan klinis vital dan nilai hematokrit yaitu biasanya sekitar 5-7 ml/kgBB/menit (1,5-2 tetes/kgBB/menit). Cairan yang digunakan adalah RL : Dekstrosa 5 % = 1 : 1. Infus dipertahankan selama 48 jam setelah renjatan teratasi.
(4) Pada renjatan berat atau renjatan tak berat yang dengan pemberian infus dengan cara dankecepatan yang dianjurkan tidak memberikan respon dalam 1 jam pertama, maka dapat diberikan cairan plasma atau pengganti plasma (plasma ekspander /dekstran L) dengan kecepatan 10-20 ml/kgB/’menit dan maksimal 20-30 ml/kgBB//hari. Disini dipasang 2 jalur infus, satu untuk RL dan satu untuk cairan plasma/pengganti plasma.
b. Tindakan lain
i) Transfusi darah. Indikasi :
(1) Perdarahan gastrointestinal berat : melena, hematemesis.
(2) Dengan pemeriksaan hematokrit secara peiodik terus terjadi penurunan smentara penderita masih dalam keadaan renjatan atau keadaan akut semakin menurun.
(3) Jumlah darah yang diberikan 2 ml/kgBB. Dapat diulangi bila perlu.
ii) Anti konvulsan. Apabila penderita disertai dengan kejang, maka dapat diberikan :
(1) Diazepam secara rektal/iv
(2) Fenobarbital 75 mg secara im sesuai dengan protokol penatalaksanaan kejang pada anak.
iii) Antipiretik dan kompres pada penderita dengan hiperpireksia. Obat yang diberikan dalah parasetamol 10 mg/kgBB/hari. Dapat diberikan 3-4 kali per hari.
iv) Oksigen, dapat diberikan pada pasien dengan renjatan disertai sianosis,dengan dosis 2-4 liter/menit.
v) Antibiotik, pada penderita dengan renjatan lama atau terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik.
vi) Kortikosteroid , diberikan pada penderita dengan ensefalopati.
PENGAMATAN LANJUT
Tujuan :
· Mengetahui kemungkinan terjadinya renjatan
· Mamantau terjadinya perdarahan
· Mengevaluasi perbaikan/penyembuhan
· Sebagai dasar / patokan dalam mengambil tindakan selanjutnya (terutama dalam hal pemberian cairan)
Jenis tindakan pengamatan :
· Tanda-tanda klinis dan vital meliputi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan kesadaran, semuanya dicatat setiap 15 menit sampai renjatan teratasi, kemudian setiap 1 jam pada hari pertama. Pencatatan pada hari berikutnya adalah disesuaikan dengan keadaan umum penderita.
· Diuresis/produksi urin dicatat secara periodik.
· Kadar Hb dan Hct diperiksa setiap 3 kali setiap 1-2 jam waktu MRS, kemudian secara periodik setiap 6 jam pada hari pertama perngamatan, selanjutnya 1 kali atau lebih sesuai dengan keadaan umum penderita.
· Mengawasi adanya perdarahan gastrointestinal, pembesaran hepar dan gejala-gejala edema paru.
· Pemberian cairan dan jumlahnya dicatat.
INDIKASI MASUK RUMAH SAKIT
· DBD dengan renjatan
· DBD disertai dengan hiperpireksia, kejang-kejang, muntah-muntah, intake tak terjamin,dan hematokrit cenderung meningkat terus.
UJI TOURNIQUET
Tensimeter dipasang pada lengan atas dengan tekanan anatar sistole dan diastole atau sistole + diastole / 2. Tekanan ditahan selama 5 menit. Hasil dikatakan positif bila terdapat > 20 petechi per inchi2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar